Populasi harimau Sumatera di hutan lindung Riau bertambah. Harimau betina bertama Rima dengn pejantan Uma, sudah melahirkan dua generasi. Yakni, pada 2015 dan 2017.
“Harimau Rima sudah melahirkan dua generasi. Pertama pada 2015, itu ada tiga anak, dan 2017 ada empat anak,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Surhayono kepada wartawan di Pekanbaru, Senin (30/7).
Untuk tiga anak yang lahir pada 2015, kemungkinan satu jantan dan dua betina. Sedangkan yang lahir pada 2017, jenis kelaminya belum teridentifikasi. “Kami sudah mulai penamatan dengan menggunakan kamera trap dari 2014 bersama-sama WWF,” ucapnya.
Dengan hadirnya anak harimau Sumatera, tentu menambah jumlah populasi satwa dengan nama ilmiah Panthera tigris Sumatrae tersebut. Terutama di Bumi Lancang Kuning. BBKSDA Riau punya target untuk meningkatkan populasi harimau hingga 10 persen. Apalagi harimau termasuk di antara 25 satwa yang terancam punah.
Sementara itu, Riau menjadi salah satu rumah bagi hewan berjuluk si Datuk Belang. Meski satwa ini telah dilindungi hukum, namun nyatanya populasinya terus menurun. Berbagai ancaman menyebabkan harimau terancam punah.
Ancamannya dapat berupa perburuan liar. Baik perburuan terhadap harimau itu sendiri maupun terhadap pakannya. Selain itu, juga ancaman dari lingkungan. Seperti maraknya pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial.
“Ancaman tersebut merupakan deforestasi terhadap habitatnya. Mari sama-sama jaga habitat harimau. Jangan melakukan perburuan terhadap satwa itu karena tindakan tegas menunggu,” tegas Surhayono.