Indonesia bersama Malaysia ditetapkan sebagai peringkat utama sebagai tujuan wisata halal dunia. Bersamaan dengan itu masing-masing Provinsi di tanah air terus meningkatkan pariwisata halalnya.
Pada tahun 2019 ini, ada kabar yang menggembirakan bagi Riau, dimana berhasil menempati peringkat tiga nasional bersama Kepri sebagai Provinsi yang mengembangkan pariwisata halal. Sedangkan peringkat pertama ada Nusa Tenggara Barat (NTB) dan peringkat dua adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Kepri berhasil menduduki posisi ketiga.
Bila dibandingkan tahun 2018 lalu, peringkat Riau naik signifikan dari posisi 7 besar menjadi peringkat tiga. Ini tentunya berdasarkan penilaian yang dilakukan Kementerian Pariwisata bersama Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).
“Pada 2019 Riau bersama Kepri peringkat tiga nasional dibawah NTB dan Aceh. Ini tentunya apresiasi yang luar biasa bagi kita Riau dan daerah serta semangat baru memajukan pariwisatanya terutama wisata halal,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau yang saat ini menjabat sebagai Asisten Deputi di Kementerian Pariwisata Fahmizal Usman saat berbincang dengan Tribun.
Pencapaian Riau untuk menjadikan daerah sebagai tujuan pariwisata halal tidak hanya sampai disitu, masih banyak yang harus ditingkatkan.
“Tentunya kita di Riau bersama stakeholder yang terkait didalamnya ada pentaholik ada pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media dan komunitas serta semua pihak harus sama – sama ikut memajukan pariwisata halal di Riau,” ujar Fahmizal.
Untuk itu pemerintah harus mendorong mulai dari MoU dengan kementerian pariwisata mendorong maju dan kembangnya pariwisata halal. Sedangkan tindaklanjutnya Pemprov membuat kelembagaan tim percepatan pariwisata halal provinsi Riau.
“Setelah itu stakeholder terkait mematangkan terus dengan sosialisasi apa itu wisata halal dengan semua pihak dengan konsep yang sama,” jelas Fahmizal.
Muslim traveling tourism atau pariwisata halal yang dimaksud disini adalah wisata muslim yang ramah, artinya ramah ketika orang datang berkunjung ke Riau, misalnya ada Musalla dimana -mana terutama di tempat wisata, tempat pusat perbelanjaan.
“Hotel juga ada sajadah dan ada arah kiblat serta ada Alquran, dengan menyediakan itu sudah menyediakan layanan pariwisata halal, itu contoh yang sederhana,” jelas Fahmi.
Berkaitan dengan itu pemerintah bersama MUI dan kemenag juga mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) membantu sertifikasi halal makanan dan produk.
“Tentunya berkordinasi juga dengan kesehatan dan BPOM, terakhir BI juga mendorong untuk sertifikasi itu,”jelas Fahmizal.
Upaya yang dilakukan kordinasi dengan dewan mesjid yang ada di Riau untuk menjadikan mesjid sebagai tujuan wisata halal, tentunya masjid tersebut disiapkan sebagai tujuan wisata.
“Pertama sejarahnya harus punya kita arsitektur yang menarik dan agenda pengajian yang bisa mendatangkan banyak orang ke Riau,” ujar Fahmi.
Berikutnya juga sertifikasi rumah makan dan restoran, setiap rumah makan harus bersedia menyebutkan jika produk dan bahannya merupakan halal. Ada pengakuan dari masing-masing kalau mereka punya sertifikat halal.
“Kita berjalan terus dan mengejar di 12 kabupaten dan kota untuk pariwisata halal, Insa Kita di Riau bisa dengan semangat yang ada saat ini,”ujarnya.
Fahmizal juga menjelaskan pariwisata halal yang dimaksud bukan berarti untuk muslim saja namun mengakomodir semua kalangan, dan kepercayaan, ramah terhadap siapapun yang datang berkunjung ke Riau.
“Jadi semua orang aman untuk datang dan semua berkaitan dengan pelayanan,”jelas Fahmi.