Tahun ini minyak sawit mendapat tantangan berat karena Uni Eropa berencana akan melarang penggunaan sawit dalam biofuel. Ini karena mereka menilai sawit sangat berkontribusi pada deforestasi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Apalagi banyaknya konflik sosial yang terjadi di negara-negara produsen minyak sawit.
Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan besar , retailer dan LSM dari barat telah meluncurkan kampanye melawan industri minyak sawit, meningkatkan tekanan pada produsen, sawit.
Direktur Outreach dan Engagement US representative untuk Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Dan Strechay, mengatakan dia menyangkan kampanye-kampanye seperti itu. Pasalnya menurut dia dengan memboikot sawit malah masalah lingkungan dan sosial baru akan muncul.
“Faktanya, sebuah laporan baru-baru ini oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) menemukan bahwa boikot minyak kelapa sawit tidak akan menghentikan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, karena akan mengarah pada peningkatan produksi tanaman minyak lain yang membutuhkan lebih banyak lahan,” imbuhnya.
Dia mengungkapkan fakta lainnya bahwa kelapa sawit menghasilkan sekitar 35% dari minyak nabati dunia, dengan hanya membutuhkan 10% dari lahan yang dialokasikan untuk tanaman minyak sawit di seluruh dunia.
Menurutnya daripada memboikot minyak sawit, solusi harus difokuskan pada peningkatan perencanaan dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Dan bekerja bersama lintas sektor untuk meningkatkan rantai nilai dan memastikan komitmen keberlanjutan lingkungan.
Dilansir dari ethicalcorp (16/3/2019), Dan juga mengatakan bahwa saat ini badan sertifikasi minyak kelapa sawit terkemuka, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) berupaya menjadikan minyak sawit berkelanjutan menjadi norma di seluruh dunia. Kemudian mengembangkan dan menerapkan standar global untuk produksi dan penggunaan minyak sawit.
Inti dari pendekatan yang didorong oleh konsensus RSPO adalah prinsip dan kriterianya (P&C), Dimana standar lingkungan dan sosial yang harus dipatuhi oleh perusahaan anggota untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat (CSPO).
Menurutnya saat ini yang dibutuhkan Uni Eropa dan dunia adalah sebuah wadah internasional bersama, dimana semua stakeholder dapat memastikan sawit ramah lingkungan.