Ada banyak tradisi Lebaran yang dilakukan umat Islam di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi yang dilakukan menjadi bentuk bersyukur dan berbagi terhadap sesama. Salah satunya di Aceh yang memiliki tradisi Meugang.
Ini merupakan tradisi memasak dan makan bersama, kemudian hasil masakan tersebut dibagi-bagi kepada mereka yang tidak mampu. Tak hanya Aceh. Ada banyak tradisi lain yang masih dilakukan oleh masyarakat. Apa saja tradisi tersebut? Berikut ulasan iNews.id, Sabtu (16/6/2018).
Meugang, Aceh
Di Aceh ada sebuah tradisi Lebaran yang selalu dilakukan setiap tahun ketika menjelang perayaan Idul Fitri. Tradisi tersebut adalah Meugang. Meugang adalah tradisi memasak dan memakan bersama untuk dibagikan pada kaum dhuafa sebagai bentuk saling berbagi. Umumnya, masyarakat kampung akan berkumpul di masjid untuk memasak daging dan memakan bersama. Tradisi Meugang tidak hanya dilakukan saat menjelang Lebaran saja, tapi juga dilakukan saat perayaan Idul Adha.
Festival Meriam Karbit, Pontianak
Festival Meriam Karbit merupakan tradisi Lebaran yang dilakukan warga Pontianak, Kalimantan Barat. Tradisi ini sudah dilakukan sejak 200 tahun mengunakan meriam yang terbuat dari bambu besar dan diletakkan di pinggir Sungai Kapuas. Saat malam takbiran, warga Pontianak berkumpul di sekitar pinggir Sungai Kapuas menyalakan meriam sebagai tanda datangnya hari kemenangan.
Ronjok Sayak, Bengkulu
Warga Bengkulu percaya, api adalah penghubung antara manusia dengan leluhur. Kepercayaan ini yang melahirkan tradisi Lebaran bernama Ronjok Sayak atau Bakar Gunung api. Tradisi Ronjok Sayak sudah dilakukan selama ratusan tahun oleh Suku Serawai, tradisi ini dilakukan saat malam takbiran, tepatnya setelah salat Isya. Warga Bengkulu, terutama suku Serawai menyusun batok kelapa menjulang tinggi ke atas, kemudian dibakar di depan rumah.
Pukul Sapu, Maluku Tengah
Pada hari ke tujuh Lebaran, warga desa Morella dan desa Mamala, Leihitu, Maluku Tengah selalu berkumpul di halaman masjid besar. Mereka ingin melihat tradisi Pukul Sapu yang biasa dilakukan antara perwakilan pria dari masing-masing kedua desa. Dalam tradisi ini, mereka saling menyabetkan lidi dari pohon enau ke badan lawannya. Tradisi berlangsung selama 30 menit.
Batobo, Riau
Masyarakat Riau yang mudik ke kampung halaman, bukan hanya disambut oleh keluarga saja, tapi juga mendapatkan sambutan meriah seperti artis ibu kota oleh warga desa. Mereka akan diarak dan diiringi rebana menuju ke tempat buka bersama. Selain sebagai tempat saling melepas rindu dan mempererat silahturahmi, tradisi Batobo juga diisi dengan pengajian dan lomba baca Alquran, hadiahnya berasal dari pemudik yang pulang kampung.